Dalam proses komunikasi brand, ada
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Pertama, sudah pada tahap mana
branding tersebut? Apakah brand sudah pada tahap dikenal (aware), tahap
pemahaman tentang arti brand tersebut, tahap menyukai, atau tahap mencintai
atau loyal. Branding yang baik adalah memilih
tipe aktivitas brand yang disesuaikan dengan situasi pencapaian nilai brand itu
sendiri. Brand yang belum dikenal, harus fokus pada awareness building. Brand
yang sudah dikenal tetapi kurang pemahaman, berarti perlu kerja
keras untuk menjelaskan apa yang bisa diberikan brand kepada konsumen. Brand yang sudah dikenal dan
dipahami, harus dicarikan kegiatan yang akan meningkatkan minat mencoba atau
membeli. Kegiatan ini sering disebut dengan istilah Brand Activation. Brand
yang sudah dikenal, dipahami, dan dibeli harus dipikirkan untuk membuat
konsumen beli lagi, dan lagi, dan lagi. Ini adalah tahapan yang
disebut dengan proses pembinaan loyalitas brand. Pada tahap ini, brand sudah
bisa dikategorikan sebagai strong brand. Proses branding haruslah
kontekstual, disesuaikan dengan situasi brand dan tahapan pencapaiannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap produk
bermutu tinggi atau perusahaan yang bonafid selalu terkait dengan merk yang
menarik, unik dan gampang untuk diingat. Dengan kata lain, kebanyakan
bisnis-bisnis besar yang sukses berhasil menciptakan proses branding yang mampu
menciptakan persepsi pada pelanggan untuk mengasosiasikan sebuah produk atau
jasa tertentu terhadap sebuah merk. Kalau melihat evolusi perkembangan konsep branding,
memang harus diakui bahwa branding itu sangat penting. Tetapi, konsep branding
itu juga relatif belum terlalu lama. Barangkali branding yang framework-nya
cukup baik dan dianggap mewakili mungkin yang dikemukakan oleh Aaker. Dia
mengatakan, brand equity memiliki beberapa komponen. Namun, kelihatannya selama 10 tahun terakhir
pengaruh dari Kevin Lane Keller juga jauh lebih kuat. Artikelnya tentang Customer-Based
Brand Equity merupakan salah satu landmark di jurnal marketing.
Artikel itu dinilai memiliki kontribusi terbesar di dunia branding.
Maka, tidak mengherankan apabila marketer kemudian mengacu kepada resep branding
dari Keller. Disebut Customer-Based Brand Equity
karena brand awareness dan brand image akan memengaruhi proses perilaku pembelian. Awareness sama dengan memengaruhi kognitif yang
paling besar. Sebab, awareness itu seperti “Oh, saya tahu merek itu”,
“Oh, saya tahu informasinya”, “Oh, kualitasnya seperti itu”, dan semacamnya.
Itu namanya kognitif, pengetahuan terhadap sebuah merek.
Memang, di kategori tertentu, kadang-kadang
konsumen butuh waktu lama untuk menentukan preferensi dan keyakinan. Untuk
produk seperti itu, brand image jauh lebih penting daripada brand
awareness. Jadi, tingkatannya brand awareness dulu, baru brand
image.
Usul bikin infografisnya agar semakin menarik
ReplyDelete