Tuesday, June 26, 2012

Brand vs Branding

Prinsip dari manajemen pemasaran adalah kepuasan konsumen (konsumen adalah raja). Dalam mengembangkan strategi pemasaran untuk produk-produk individual atau kelompok, penjual harus menghadapi keputusan pemberian merek. Merek merupakan masalah utama dalam strategi produk. Sebaliknya mengembangkan produk bermerek membutuhkan pengeluaran investasi  jangka panjang yang besar, khususnya untuk desain komunikasi visual seperti iklan, promosi, pengemasan, dan lain-lain. Lebih mudah lagi bagi produsen untuk menyerahkan produknya pada pihak lain untuk diberi merek. Menurut Larry Light, seorang profesional riset periklanan terkemuka dalam wawancaranya mengenai pemasaran menganalisis sebagai berikut : Perang pemasaran akan menjadi perang antar merek, suatu persaingan demi dominasi merek. Berbagai perusahaan dan investor akan menyadari merek sebagai suatu aset perusahaan yang paling bernilai. Ini merupakan konsep yang amat penting. Sehingga merupakan visi mengenai bagaimana mengembangkan, memperkuat, mempertahankan, dan mengelola suatu perusahaan … sehingga akan menjadi lebih penting untuk memiliki pasar ketimbang memiliki pabrik. Satu-satunya cara untuk menguasai pasar adalah memiliki pasar dengan merek dominan. Kekuatan merek tidak terbatas pada pasar konsumen. Fakta menunjukkan, Ekuitas Merek (brand equity) mungkin akan lebih penting dalam pasar barang-barang industri dibanding dengan pemasaran konsumen. Kesadaran merek (brand name awareness) sering menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan para pembeli industrial. Lebih jauh, banyak alternatif pembelian industrial cenderung tak beda dengan undian. Faktor yang paling menentukan pada gilirannya terletak pada arti suatu merek di benak seorang konsumen.

Masih banyak yang rancu pada pengertian brand vs branding. Brand adalah merek yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan branding adalah kumpulan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka proses membangun dan membesarkan brand. Tanpa dilakukannya kegiatan komunikasi kepada konsumen yang disusun dan direncanakan dengan baik, maka sebuah merek tidak akan dikenal dan tidak mempunyai arti apa-apa bagi konsumen atau target konsumennya. Dua puluh tahun yang lalu, mungkin perusahaan tidak harus melakukan proses pembinaan terhadap brand-nya. Di mana jumlah brand di pasar masih sedikit, berarti pilihan bagi konsumen juga hanya beberapa saja. Konsumen cenderung “menerima” benefit-benefit yang diajukan brand yang ada. Saat ini, pasar kita sudah penuh sesak dengan bermacam-macam brand, konsumen mempunyai banyak alternatif. Konsumen mulai memilih-milih dan kritis terhadap pilihan benefit yang disodorkan padanya.
Previous Post
Next Post

post written by:

0 comments: